Laman

Jumat, 17 Mei 2013

BdAS - 6. Sekilas Biografi KH Ali Mansur, Penggubah Shalawat Badar

_____________________________
Penulis : Achmad Suchaimi


Gus Dur : Sewaktu menjabat Presiden RI ke-4


Kontroversi : Siapa Penggubah Sholawat Badar?

Sholawat Badar ternyata masih menyisakan polemik. Sholawat ini mulai ramai dibicarakan para ulama dan intelektual, baik dikalangan NU maupun luar NU, pada saat Gus Dur selaku Ketua Umum PBNU menyatakan di depan Muktamar NU ke-28 di P.P. Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta (26-11-1989), bahwa penggubah syair dan lagu Sholawat Badar  adalah alm. KH Muhammad Ali Manshur Shiddiq Basyaiban, lalu diteruskan dengan menganugerahkan “Bintang NU” kepada beliau. Pernyataan ini juga ditegaskan lagi oleh Gus Dur selaku Presiden RI dalam sambutannya pada Muktamar NU ke-30 di PP Lirboyo Kediri (21-11-1999).

Pernyataan Gus Dur diatas mengundang kontroversi di kalangan pihak-pihak yang berkepentingan. Paling tidak ada 4 pendapat, bahwa syair Sholawat Badar adalah digubah oleh: 
1) Ulama’ Hanafiyah , 
2) Al-Busyiri,   
3) KH Ahmad Shiddiq,  
4) KH M. Ali Manshur Shiddiq.

KH Ahmad Siddiq, mantan Rois 'Am PBNU
  Sesungguhnya kurang tepat jika dikatakan sebagai karya ulama Hanafiyah, sebab tidak ada data, fakta dan alasan yang jelas. Sama halnya sebagai karya KH Ahmad Shiddiq. Sebab, (1) dalam buku “Biografi KH Ahmad Shiddiq” tidak disebutkan peranannya sebagai pencipta syair sholawat ini;  (2) dalam buku “Biografi KH R.M. Shiddiq”, keluarga besar Shiddiqiyah justru menegaskan KH Ali Manshur sebagai penggubah syair sholawat ini, bukannya KH Ahmad Shiddiq; (3) Gus  Dur, yang notabene orang dekat KH Ahmad Shiddiq, justru tidak pernah menyinggung peranannya sebagai penggubahnya.
Dan kurang tepat pula sebagai karya Al-Busyiri, sastrawan dari Timur Tengah yang dikenal  sebagai penulis “Qasidah Burdah”.

Syair Sholawat Badar diduga sangat kuat digubah KH Ali Manshur, dengan alasan :
1. Gus Dur, ketika ditanya alasannya oleh Kiyai Syakir Ali dari Maibit Rengel Tuban (putra KH M. Ali Manshur), menyatakan bahwa solawat badar bukan tulisan Al-Busyiri, akan tetapi karya KH Ali Manshur, sebab : 1) Al-Busyiri bukan tipe orang yang suka bertawassul, sementara syair sholawat badar memuat doa tawassul;  2) ditinjau makna kandungannya, sholawat ini berciri-khas Keindonesiaan, tidak kearaban; 3) ditinjau dari segi balaghohnya, sholawat ini ber-balaghoh jawa. Siapa lagi kalau bukan KH Ali Manshur penggubahnya.
2). Pandangan Gus Dur dikuatkan oleh alm. Gus Ishom dari Tebuireng yang faham betul soal sastra arab, bahwa syair sholawat badar digubah oleh orang jawa, bukannya bikinan orang arab Timur Tengah. Sebab, ciri-ciri syair ala Timur Tengah biasanya berbelit-belit, sulit dipahami artinya dan jarang ada kata atau kalimat yang diulang. Sementara ciri ini tidak ditemukan didalam syair sholawat badar. Dan sholawat ini ber-balaghoh ala Jawa.
3). Bapak Imam Mawardi asal Banyuwangi, teman dekat KH Ali Manshur mengaku mendapat ijazah sholawat badar tahun 1964 dari KH Ahmad Shiddiq, dan KH Ahmad Shiddiq sendiri mendapat ijazah langsung dari KH M. Ali Manshur.
Habib Hadi Al-Haddar
4). Manuskrip KH. Ali Manshur. Selama hidupnya, beliau terbiasa mencatatkan peristiwa atau kejadian penting pada sela-sela ruangan kosong dalam beberapa kitabnya yang saat itu sedang dibaca atau dibawanya. Diantara catatan (tulisan arab pegon) yang ditemukan berbunyi: “Naliko kulo gawe lagune sholawat badar, yoiku sak ba’dane teko songko Makkah al-Mukarramah, kang tak anyari waktu lailatul qiro’ah kelawan ngundang almarhum Haji Ahmad Qusyairi sak muride. Yoiku ono malem jum’at tahun 1960, tonggoku podo ngimpi weruh ono bongso sayyid utowo habib podho melebu ono omahku. Wa karimati, Khotimah, ugo ngimpi ketho’ kanjeng Nabi Muhammad iku rangkul-rangkulan karo al-faqir. Kiro-kiro dino jum’at ba’da shubuh, tonggo-tonggo podho ndodok lawang pawon, podho takon: ‘Wonten tamu sinten mawon kolo ndalu?’. Lajeng kulo tanglet Habib Hadi al-Haddar, dan dijawab: ‘Haa ulaai arwaahu ahlil badri rodhi-yalloohu ‘anhum’. Alhamdulillahi Robbil ‘aalamiin”.
Siapa  KHR M. Ali Manshur ?
KH. M. Ali Manshur dilahirkan di Jember 4 Ramadhan 1340 H/23 Maret 1921 M. dari pasangan K.  Manshur bin KH. M. Shiddiq Jember dan Shofiyah binti KH. Basyar dari Tuban.
KH Raden Muhammad Ali bin Manshur termasuk dalam keluarga besar as-Shiddiqi. Kakeknya yang bernama KH M. Shiddiq (Jember), adalah seorang ulama yang menu-runkan ulama-ulama besar seperti KH A. Qusyairi, KH Ahmad Shiddiq, KH Mahfuzh Shiddiq,  KH A. Hamid Wijaya, KH. Abdul Hamid (mBah Hamid Pasuruan), KH Yusuf Muhammad, dll. Beliau masih keturunan mBah Sambu Lasem (Pangeran sayyid M. Syihabuddin Digdoningrat) bin  sayyid M. Hasyim bin Sayyid Abdurrahman Basyaiban (Sultan Mangkunegara III).  
 
Makam mBah Sambu Lasem, buyut KH Ali Mansur
Masa kecil KH M. Ali Mansur dihabiskan di Tuban. Setelah tamat belajar di MI Makam Agung Tuban, beliau mondok di beberapa pesantren besar, antara pesantren Termas Pacitan, pesantren di Lasem (asuhan mBah Makshum), lalu pesantren Lirboyo Kediri. Di Lirboyo ini, beliau kelihatan bakatnya dalam penguasaan ilmu ‘arudh dan qowafi (dasar-dasar ilmu membuat syair berbahasa arab).
Lepas dari pesantren, beliau pulang ke Tuban lalu bergabung dengan GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia) dan masuk laskar Hizbullah. Paska kemerdekaan, beliau hijrah ke beberapa kota : Besuki, Sumbawa, lalu Bali. Di Bali ini  beliau jadi ketua Cabang NU dan diangkat jadi anggota konstituante dari NU. 


Sebelum wafat di Tuban, beliau menetap di Banyuwangi tahun 1962. Di kota ini beliau jadi ketua cabang partai NU, dan banyak terlibat dengan intrik politik menentang PKI dan PNI. Sholawat Badar yang beliau gubah dipopulerkan ke berbagai wilayah untuk menandingi lagu himne PKIGenjer-genjer” *) dan untuk membangkitkan semangat juang melawan PKI, sampai akhirnya PKI dapat ditumpas pada tahun 1965.
 


Literatur :


1. Saiful Islam Ali Mansur, dkk. (2004). Biografi KH. R.M. Ali Manshur(dokumen).

2. Achmad Suchaimi, (2006), Berdoa dengan Asmaul Husna dan Sholawat Nabi, Surabaya: Athena Sejahtera
3. Antologi NU bk ke-1.
_______________________________________________________

CATATAN KAKI :

 *). Lagu Himne PKI "Genjer-Genjer"

Genjer-genjer nong kedo’an pating keleler
Genjer-genjer nong kedo’an pating keleler
Ema’e thole teko-teko mbubuti genjer
Ema’e thole teko-teko mbubuti genjer
Oleh satenong mungkur sedot sing toleh-toleh
Genjer-genjer saiki wis digowo mulih
Genjer-genjer esuk-esuk didol neng pasar
Genjer-genjer esuk-esuk didol neng pasar
Dijejer-jejer diuntingi podo didasar
Dijejer-jejer diuntingi podo didasar
Ema’e jebeng podo tuku gowo welasar
Genjer-genjer saiki wis arep diolah

 

Terjemahan Bahasa Indonesia

Genjer-genjer ada di lahan berhamparan
Genjer-genjer ada di lahan berhamparan
Ibunya anak-anak datang mencabuti genjer
ibunya anak-anak datang mencabuti genjer
Dapat sebakul dipilih yang muda-muda
Genjer-genjer sekarang sudah dibawa pulang
Genjer-genjer pagi-pagi dibawa ke pasar
Genjer-genjer pagi-pagi dibawa ke pasar
Ditata berjajar diikat dijajakan
Ditata berjajar diikat dijajakan
Emaknya jebeng beli genjer dimasukkan dalam tas
Genjer-genjer sekarang akan dimasak


Lagu diatas ditandingi dengan shalawat badar untuk mengobarkan semangat warga NU melawan PKI.

Teks Arab Sholawat Badar

Shalatullah Salamullah
Alla Toha Rasullilah
Shalattullah Sallamullah
Alla Yasin Habibillah
Tawassalna Bibismillah
Wabil Hadi Rasulillah
Wakulli Mujahidilillah
Bi Ahlil Badri Ya Allah


Artinya :
Shalawat Allah dan salam-Nya semoga tercurah kepada Thaha Rasulullah
Shalawat Allah dan salam-Nya semoga tercurah kepada Yasin Habibillah
Kami bertawassul dengan nama Allah dan dengan pemberi petunjuk, Rasulullah
Dan dengan seluruh orang yang berjihad di jalan Allah, serta dengan ahli Badr, ya Allah




Tidak ada komentar: